Saat ini, Indonesia tengah berbenah
untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkehidupan dinamis. Berbagai upaya
dilakukan, mulai dari promosi kesehatan, penyebaran pamflet, hingga beragam
iklan yang menyajikan topik hidup sehat selalu bermunculan di media informasi.
Tak cukup sampai disitu, program-program kerja pemerintah untuk menyehatkan
bangsa juga diaplikasikan dengan adanya JAMKESMAS, maupun program lainnya.
Dalam peringatan hari Kesehatan
Nasional yang diperingati tanggal 12 November 2011 kemarin, beragam isu
kesehatan, mulai dari isu dalam lingkup kecil hingga ke lingkup yang lebih
kompleks dibahas dan sedang “berusaha” dipecahkan oleh pemerintah. Namun,
sudahkah semua itu mencapai usaha maksimal untuk mencapai kehidupan yang sehat
dan sejahtera?
Salah satu yang dibahas secara
intensif adalah mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kesehatan (RPJM-K)
tahun 2010 – 2014. Program yang sedang “digodok” pemerintah untuk kesejahteraan
masyarakat adalah bagaimanana memperpanjang Umur Harapan Hidup (UHH) dan
menurunkan lagi Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) dan
prevensi gizi kurang untuk mencapai target nasional serta pemantapan
pemberdayaan masyarakat melalui penguatan/pengembangan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) seperti Desa Siaga dan pemantapan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) dengan prioritas bagi seluruh masyarakat miskin.
(www.waspada.co.id)
Untuk
mencapai hal di atas, saat ini ada 3 (tiga) persoalan besar bidang kesehatan,
dimana salah satunya berkaitan dengan aspek perilaku yang ditandai dengan masih
rendahnya kesadaran masyarakat dan peran sertanya dalam pembangunan kesehatan.
Hal ini ditujukan dengan lambatnya kemajuan peningkatan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tatanan tempat
kerja, tatanan tempat umum dan tatanan institusi kesehatan. (www.waspada.co.id)
Tujuan
pemerintah untuk menyehatkan bangsa kiranya masih “jalan di tempat” jika
kesadaran hidup sehat dalam masyarakat sendiri tidak menunjukkan antusiasme.
Bagaimana program kerja pemerintah bisa sukses jika hanya pemerintah yang
melakukan beragam upaya kesehatan? Negara ini dibangun dari struktur pemerintah
dan rakyatnya, maka untuk mencapai suatu tujuan bersama, diperlukan adanya balance antara program kerja dan upaya
pemerintah dengan partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat.
Namun,
seperti yang kita ketahui bersama, potret pendidikan kesehatan dan kesadaran
pola hidup sehat masih sangat rendah dalam masyarakat. Jangankan kesadaran
hidup sehat untuk anak, perilaku orang dewasa saja seringkali tidak menunjukkan
bagaimana pola hidup sehat yang benar. Bagaimana tidak, di depan umum mereka
sering makan dari kedai yang tidak higienis, merokok, bahkan yang paling parah
adalah merusak banner atau papan
iklan yang bertemakan kesehatan. Dan pada lingkup terkecil pun, yaitu keluarga seringkali
mengabaikan pendidikan hidup sehat untuk anggota keluarganya, padahal, sesuatu
yang komplek terlebih dahulu tersusun dari hal yang kecil.
Kesehatan
suatu bangsa kiranya bukan hannya kebutuhan dari “peran” pemerintah, tapi juga
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan hidup sehat, kita akan lebih “hemat”
karena menjaga kesehatan jauh lebih murah daripada mengobati penyakit. Hal ini
dapat menjadi tonggak utama pencapaian kesejahteraan agar terwujud Indonesia
yang berbangsa sehat dan berbudi luhur.
Meraih
kesejahteraan masyarakat dengan kesehatan kiranya lebih baik dengan usaha
preventif, bukan rehabilitatif. Slogan yang sudah menjamur di masyarakat
“mencegah lebih baik daripada mengobati” sebaiknya jangan hanya menjadi
pelengkap pengetahuan kesehatan, namun juga diperlukan aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Entah mengapa, kesadaran masyarakat akan berharganya nilai “sehat”
baru akan begitu dijunjung tinggi ketika sudah ada penyakit yang “datang” atau
sekedar “mampir”. Padahal, peluang untuk mencegah penyakit bukanlah cara sulit
jika kita bisa menemukan kuncinya, yaitu membiasakan pola hidup sehat dan
teratur.
Hidup
sehat pun akan lebih baik jika langkah dan tahap-tahap pencapaiannya melalui
cara “alami”, dimana hidup dimulai dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan
pola hidup sehat dan menghindari konsumsi obat-obatan untuk menunjang daya
tahan tubuh. Banyak cara maupun sarana yang dapat dijadikan jembatan dan
menghilangkan beragam alasan yang ada di masyarakat berkaitan dengan masih
sulitnya menjaga kesehatan dengan cara alami atau herbal. Karena bagaimanapun
juga, sesuatu yang alami akan berdampak lebih ramah bagi tubuh, maupun
lingkungan sekitar.
Perlukah
adanya pendidikan hidup sehat dalam keluarga? Tentu saja hal tersebut tidak
lagi menjadi pertanyaan jika kita mampu melihat kesehatan dari beragam aspek.
Kita tidak bisa semerta-merta menyalahkan pemerintah jika terdapat ancaman
kesehatan atau penyakit dalam masyarakat, karena masyarakat bukanlah ‘bayi
besar’ yang haus akan suapan-suapan kecil dari induknya. Sudah saatnya
masyarakat proaktif dalam rangka peningkatan mutu kesehatan yang dimulai dari
lingkup terkecil. Oleh karena itu, hal yang paling perlu dibenahi adalah
bagaimana cara menyadarkan masyarakat agar mau merapkan pendidikan hidup sehat
dan merealisasikannya dalam kehidupan.
Sekali
lagi, masyarakat diharapkan untuk berpastisipasi dengan menyadari pentingnya
pendidikan hidup sehat, minimal dari dirinya sendiri dan keluarga.
Pertanyaannya, bagaimana cara mendidik keluarga untuk hidup sehat? Berikut
langkah-langkahnya:
1.
Biasakan keluarga untuk mencuci tangan
memakai sabun
Mencuci tangan menggunakan sabun mampu mencegah
penyebaran penyakit diare dan kolera, serta menghidari masuknya telur cacing
saat memegang makanan, terutama untuk anak-anak. Menurut Data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2007, menunjukkan penyebab kematian bayi usia 29 hari sampai
11 bulan, terbanyak (55,2%) karena penyakit diare yang dapat dicegah dengan
intervensi lingkungan dan perilaku. Begitu pula proporsi penyebab kematian pada
anak usia 4-11 tahun, yaitu diare (25,4%) dan pneumonia (15,5%).
Begitu banyak manfaat mencuci tangan menggunakan sabun
yang selama ini sering diabaikan oleh anak-anak, namun tak menutup kemungkinan
juga orang dewasa. Oleh karena itu, berikan informasi selengkap-lengkapnya kepada
keluarga tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan ajarkan pula untuk
tidak menyentuh makanan yang berhubungan langsung dengan udara luar.
2.
Hindari kebiasaan yang buruk
Kebiasaan yang kurang baik dapat menyebabkan kita terkena
penyakit. Seperti kebiasaan merokok, miras (minuman keras), obat-obatan, dll.
Hal tersebut dapat menyebabkan mudahnya penyakit menyerang sistem kekebalan
tubuh kita. Tak hanya itu saja, kita juga dapat terkena dampaknya yang lain
seperti mudah pikun, malas, pemarah, dll. Untuk itu usahakan menghindari
kebiasaan-kebiasaan yang bodoh tersebut. Namun, kebiasaan itupun harus
ditunjang dengan teguran dan koreksi dari pihak keluarga sehingga dalam
lingkungan keluarga tercipta suasana yang nyaman, kondusif, dan bebas dari
pengaruh bahan kimia yang tidak berguna, apalagi berbahaya. Tidak mungkin salah
seorang anggota keluarga mampu terhindar dari kebiasaan buruknya jika anggota
keluarga yang lain masih acuh pada perilaku anggota keluarga yang lain.
3.
Menjaga
kebersihan dan olahraga teratur
Kebersihan diri sendiri perlu diperhatikan dan dijaga
dengan baik karena terkait dab berkaitan erat dengan penampilan kita di
masyarakat umum. Ajarkan keluarga untuk menghindari bertukar peralatan mandi, peralatan
make up, maupun pakaian pribadi
dengan orang lain walaupun masih dalam satu keluarga karena mungkin dapat
menularkan penyakit yang berbahaya. Kebersihan diri pastilah berhubungan dengan
keadaan lingkungan, oleh karena itu manfaatkan hari Minggu untuk membersihkan
dan merawat lingkungan rumah. Jangan pula melewatkan green
project untuk menyegarkan udara yang dihirup keluarga dengan penghijauan.
Berolah raga secara teratur dapat memacu jantung,
pernafasan dan peredaran darah menjadi lebih baik. Biasakan berolah raga setiap
hari dengan kegiatan yang ringan seperti berjalan kaki, senam, fitnes, jogging,
bersepeda, atau melakukan olah raga penuh seperti main badminton, sepak bola,
lari maraton, tenis, bola basket, dan lain sebagainya. Hindari pula tidur
setelah makan karena akan mengganggu sistem pencernaan.
Dari
beberapa uraian di atas, semakin jelas bahwa Indonesia sebenarnya masih
berkesempatan untuk menciptakan suasana masyarakat yang sehat, dinamis dan
sejahtera dengan adanya keseimbangan antara pemerintah dan aspirasi serta
partisipasi masyarakat. Kita tidak bisa memvonis salah satu pihak gagal dalam
usaha menyehatkan bangsa, jika pihak yang lain belum bisa dikatakan optimal
dalam upaya pencapaian hidup sehat untuk Indonesia. Pun, jika kita memiliki
hidup yang sehat, bukan hanya keluarga yang akan terhindar dari beragam
problema kesehatan, tapi juga masyarakat luas dan Indonesia pada umumnya. Jadi
mulai sekarang, bukalah pikiran lebar-lebar agar kita mau mendukung program
kerja pemerintah tentang kesehatan penduduknya dan berperan aktif di dalamnya.
Sehat bukan hanya milik perseorangan, tapi sehat adalah milik kita bersama. //(alphiee)
bagus"..
BalasHapuskurang layoutnya fii.. heheh
tugas dari dosen ya kok buatg blogg... hehehe
hehheee,,layout apa yaa??yang gmna tuhh..masih amatir nih,tolong ya dibantu... :D
BalasHapusbukan kok,,ya iseng2 aja pgn bkin..msa ngenet kok cuma buka email ma FB,gak ada yang lebih bermnfaat..mkanya pgn bkin blog,,hehe...