KESEHATAN SUKU DAMAL DARI SUDUT PANDANG
ILMU
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
1. Pengenalan Suku Damal
Suku Damal adalah salah satu suku di pegunungan
Papua. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Orang
Damal adalah penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga. Pembagian menurut marga
Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang
menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai
Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali
Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek.
Mulai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Mulai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali
untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah
mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang
begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan
Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama
dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan
selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong
(Mambramo).
Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu
dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari
suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku
Damal, suku Dani, dan suku Wonno.
2. Kondisi
Geografis Wilayah Pemukiman Suku Damal
Suku Damal hidup di sebela utara dan
selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong
(Mambramo). Sungai Nogolonogong atau yang populer disebut Suku Mamberamo adalah
sebuah
sungai
sepanjang 670 km yang terletak di sebelah selatan Pegunungan Foja,
Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua.
Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa Dani
— mambe berarti 'besar' dan ramo berarti 'air'. Beberapa suku
terasing bermukim di lembah sungai yang kaya akan keanekaragaman hayati ini,
karenanya Mamberamo dijuluki 'Amazonnya Papua'. Sungai Mamberamo merupakan
sungai dengan lebar terbesar di Indonesia.
3. Kondisi Kesehatan Suku Damal
Di
bidang kesehatan, masyarakat suku Damal, Amungme, Kamoro, Dani, Nduga dan Mee telah menikmati pengobatan
gratis pada sejumlah fasilitas kesehatan yang dibangun dan dikelola oleh LPMAK
dan dua lembaga sebelumnya.
Kepala
Bagian Kesehatan Masyarakat yang juga merangkap Pjs. Kepala Biro Kesehatan
LPMAK, Hengky Womsiwor yang ditemui Radar Timika di lokasi LPMAK Expo 2011 di
Graha Eme Neme Yauware, menerangkan Biro Kesehatan LPMAK memiliki dua kegiatan
pokok, yakni medis dan kesehatan masyarakat.
A.
Bidang
Medis
Untuk
medis, LPMAK telah membangun dua rumah sakit (RS), yaitu Rumah Sakit Mitra
Masyarakat (RSMM) di Timika dan RS Waa-Banti di Tembagapura. Dua rumah sakit
ini memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tujuh suku secara gratis,
dan masyarakat Papua di Mimika yang menurut penilaian sesuai criteria LPMAK
bisa mendapat pelayanan gratis.
RSMM
yang dikelola oleh Yayasan Caritas, menurut catatan sejak tahun 2002-2010 telah
melayani rawat inap pasien tujuh suku sekitar 14 ribu orang, kemudian rawat
jalan pasien tujuh suku mencapai sekitar 200 ribu orang.
1.
Rumah Sakit
Mitra Masyarakat (RSMM)
RSMM
adalah RS swasta tipe C yang dikelolaoleh Yaysan Caritas Timika (YCT), sebuah
yayasan di bawah paying gereja Katolik. Pada tahun 2008, RSMM berhasil
mendapatkan status Akreditasi dari Departemen Kesehatan RI melalui Komite
Akreditasi Rumah Sakit dengan nilai sangat memuaskan. Dengan status ini, RSMM
menjadi rumah sakit pertama di Papua yang terakreditasi tingkat dasar dengan 5
bidang pelayanan. Dari sisi ketenaga an, per 30 Juni 2009 sebanyak 367 orang.
Mereka terdiri dari 18 dokter umum dan spesialis, 171 perawat dan bidan, 39
orang penunjang medis . Sedangkan sarana pelayan an medis antara lain unit
rawat jalan seperti klinik umum dengan berba gai spesialisasi, unit rawat inap
berkapasitas 101 tempat tidur, unit gawat darurat dengan 5 tempat tidur, kamar
operasi, unit penunjang medis dan penunjang umum dan rumah tangga. Rumah Sakit
yang memiliki motto ”Melayani Sepenuh Hati” ini memiliki prioritas pelayanan
(sesuai kebutuhan masyarakat setempat), yakni upaya kesehatan ibu dan anak,
penganggu langan penyakit infeksi terutama malaria, TBC dan HIV/AIDS serta
penanggulangan kasus gawat darurat terutama trauma dalam rangka lifesaving dan
limb-saving. Masyarakat setem pat yang dimaksud adalah suku Amungme, Kamoro,
Dani, Damal, Nduga, Moni dan suku Mee. Masyarakat setempat yang akrab disebut
masyarakat tujuh suku yang berdomisili di Kabupaten Mimika itu mendapat pelayan
an medis secara gratis, karena ditanggung sepenuhnya oleh LPMAK selaku pemilik
RSMM. Pelayanan medis yang diberikan RSMM sejak mulai beroperasi pada 20
Agustus 1999 - 30 Agustus 2009 antara lain, jumlah pasien rawat jalan sebanyak
821.441 orang, pasien rawat inap sebanyak 79.353 orang, jumlah kelahiran hidup
sebanyak 10.999 bayi dan jumlah tindakan operasi sebanyak 9.023 orang. Kasus 10
besar penyakit yang ditangani RSMM khusus selama 2008 antara lain :
- Rawat jalan didominasi oleh ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), malaria, pengawasan kehamilan normal, tuberkulosis paru lainnya, diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) selanjutnya cedera YDT (Yang Dengan Trauma) lainnya, YTT (Yang Tidak Trauma) dan daerah badan multipel, dispepsia, bronkitis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik lainnya, penyakit sistem kemih lain, infeksi kulit dan jaringan subkutan.
- Rawat inap terbesar karena malaria, Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tententu (kolitis infeksi), Pneumonia, Penyulit kehamillan dan persalinan lainnya; cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan multipel; Penyakit virus gangguan defisiensi imun pada manusia (HIV); Cedera Intrakranial; Penyulit yang berhubungan dengan masa nifas dan kondisi obsterik; Perawatan ibu terkait janin, ketuban, masalah persalinan; Tuberkulosis paru lainnya.
- Pasien emergency terbesar disebabkan oleh cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan multipel; Malaria; Pengawasan Kehamilan Normal; Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tententu (kolitis infeksi); Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya; Gejala, tanda klinik dan laboratorium yang belum spesifik, cedera intrakranial; Pneumonia; Dispepsia; Penyakit sistem kemih lainnya.
Untuk
menunjang upaya peningkatan pelayanan kesehatan, RSMM menjalin kerjasama dengan
berbagai pihak, antara lain Departemen Kesehat an RI-Dinas Kesehatan Kabupaten
Mimika, RSUD Kabupaten Mimika, Litbangkes Depkes RI danMenzies School of Health
Research di Darwin, Australia, Perdha ki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan
Indonesia), Universitas Hasanuddin di Makassar dan Universitas Sam Ratulangi di
Manado, jaringan kerjasama antar Ruma Sakit, PT Freeport Indonesia dan berbagai
organisasi profesi kesehatan lainnya.
2.
Rumah Sakit
Waa Banti (RSWB)
Kampung Waa-Banti, sekitar 5 Kilo Meter dari kota Tembagapura. Dikelola oleh
International SOS, awalnya klinik umum yang beroperasi sejak tahun 1996 dan
dikembangkan oleh LPMAK menjadi RS tipe D sejak tahun 2002 sampai sekarang.
Semula dilayani oleh 3 orang dokter umum, dokter spesialis, dokter ekspariat
dari RS Tembagapura, 26 orang perawat dan 12 orang tenaga pendukung. Dalam
menangni kasus tertentu, pasien dari RSWB dapat dirujuk ke RS Tembagapura.
Fasilitas yang tersedia di RSWB yakni selain tempat tidur, fasilitas penunjang
lainnya terdiri dari Ambulance Service, Laboratorium, Radiologi dan Farmasi.
Sementara jika pasien perlu ditangani dengan fasilitas seperti USG, CT scan
atau peralatan modern lainnya maka pasien dirujuk ke RS Tembagapura
(milik PTFI). Selama 2008, kunjungan pasien rawat jalan mencapai 24.329 orang.
Sementara kunjungan rawat inap selama 2008 men capai 1.425 orang. Penyakit
terbanyak yang ditangani RSWB selama 2008 ada lah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan
Akut), diare, perawatan luka dan obser vasi demam. Sedangkan pelayanan diunit
rawat inap lebih didominasi oleh malaria, radang paru-paru, diare akut, cacar
air dan luka-luka. Selain itu, terdapat 1 (satu) kasus meningitis yang timbul
di Banti dan sekitarnya serta 11 (sebelas) kasus HIV/AIDS baru.
B.
Bidang
Kesehatan Masyarakat
Di
bidang kesehatan masyarakat ada enam program yang dilaksanakan. meliputi:
1.
Program Pengendalian Malaria.
Menurutnya, sejak 2008 sampai
sekarang LPMAK bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan kegiatan
pengendalian malaria di beberapa lokasi di empat distrik (Agimuga, Mimika Timur
Jauh, Mimika Barat dan Mimika Tengah). LPMAK juga melatih masyarakat untuk
melakukan pencegahan dan pengendalian malaria, dan lain-lain.
2. Pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS
Peningkatan
jumlah warga di Mimika yang terinfeksi HIV/AIDS cukup signifikan . Pada 2007,
1430 kasus meningkat menjadi 1793 kasus ditahun 2008. Kondisi
inimendorong LPMAK melakukan kerjasama dengan KPAD Mimika. Kegiatan yang
dilaksanakan :
·
Promosi kesehatan dalam hal pencegahanHIV/AIDS
berbasis adat dan agama.
·
Pemeriksaan HIV/AIDS dan PMS bagi masyarakat didaerah
terpencil (Mobile VCT).
·
Kampanye pencegahan HIV/AIDS melalui event peringatan
hari AIDS.
·
Pengobatan ARV di RSMM dan RSWB
Kegiatan yang dilakukan diantaranya
menggelar peringatan Hari AIDS sedunia, mobile VCT, penyuluhan massal tentang
TB dan beberapa kegiatan dalam upaya pengendalian penyakit tersebut.
3. Program Kesehatan
Ibu dan Anak
Kegiatannya meliputi penyuluhan di
Posyandu, kunjungan ke rumah bayi baru lahir, pos obat kampong, dan pemicuan
pembuatan jamban. Ia menyebutkan bahwa data Januari 2009-akhir 2010 menunjukkan
jumlah gizi baik naik dari 83,09% menjadi 87,53%, gizi kurang turun dari 12,13%
menjadi 10,02%, dan gizi buruk turun dari 4,78% menjadi 2,45%.
LPMAK
bekerjasama dengan Project Concern International (PCI) sebagai implementor
program kesehatan ibu dan anak. Program mencakup 10 kampung di 4 distrik di
kabupaten Mimika. Kegiatan yang dilaksanakan :
·
Posyandu.
·
Rehabilitas giji anak dan ibu hamil.
·
Penyuluhan dan kampanye kesehatan.
·
Imunisasi dasar vitamin A sesuai jadwal.
·
Pemberdayaan masyarakat lokal
4. Program Pengendalian HIV-TB
Kegiatan yang dilakukan diantaranya
menggelar peringatan Hari AIDS sedunia, mobile VCT, penyuluhan massal tentang
TB dan beberapa kegiatan dalam upaya pengendalian penyakit tersebut.
5. Program Sanitasi dan
Air Bersih
LMPAK membangun fasilitas air
bersih dan jamban keluarga di kampung program. Dimana antara LPMAk dan
masyarakat bekerjasama. Misalnya material bangunan disediakan masyarakat,
sedangkan material yang tidak ada di kampung, diadakan LPMAK. LPMAK memberi
pelatihan sekalian mendampingi mengerjakan. Sejak 2005-2011, telah dibangun 158
unit sumur gali, 91 unit penampung air hujan, dan 130 unit jamban keluarga.
6.Program kemitraan dengan
Diknes dan PHMC
Contohnya LPMAK mendukung PHMC
untuk memberikan pelayanan TB dan pelayanan kesehatan medis, contohnya di
Klinik Portsite, Pomako dan klinik-klinik lain. Kemudian dengan Dinkes,
misalnya LPMAK membangun dua klinik di Tsinga dan Aroanop.
a)
Beberapa kegiatan menarik yang didukung LPMAK selama
tahun 2005 antara lain:
- Dua rumah sakit dan lima klinik kesehatan yang mengobati 30.000 pasien rawat inap dan lebih 100.000 pasien rawat jalan selama tahun 2005. Pelayanan kesehatan diberikan secara cuma-cuma bagi anggota ke-tujuh kelompok suku asli setempat.
- Program-program kemitraan dengan Pemda setempat untuk pencegahan dan perawatan malaria, TBC dan HIV/AIDS serta pengoperasian dua klinik yang dibangun oleh LPMAK di dataran tinggi.
b)
HIV / AIDS
dalam Penyebarannya di Suku Damal
HIV/AIDS
terbukti menjadi virus pembunuh yang mengancam tujuh suku asli di Mimika,
Papua. Salah satu dari ketujuh suku tersebut adalah suku Damal. Dengan jumlah
kasus mencapai 2.302 orang, tahun ini 1.591 (69 persen) korbannya adalah warga
asli.
Sejauh ini, kebiasaan berganti-ganti pasangan dianggap sebagai penularan
virus paling efektif. Namun yang masih ditelusuri pemerintah saat ini adalah
penggunaan alat tajam bersamaan.
Kontak darah saat pengobatan
karena menjadi korban dalam perang antarsuku diduga juga bisa menjadi ajang
penularan virus yang sudah menginfeksi lebih dari 36 juta jiwa sedunia itu.
Angka ribuan tersebut tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi prevalensi
warga tujuh suku di Mimika memang lebih besar dibanding kelompok warga lainnya,
termasuk pendatang.
Sejatinya, jumlah riil
penderita HIV/AIDS di Mimika bisa lebih banyak dari angka tersebut. Sebab,
tidak semua warga asli mau melakukan tes darah untuk memastikan apakah mereka
sudah terjangkit atau masih bebas dari penyakit yang bermuasal dari Afrika
Sub-Sahara itu.
Selain penyuluhan kepada
masyarakat suku asli, agar pencegahan bisa dilakukan, pemerintah melakukan
layanan mobile VCT (voluntary counseling and testing) dan IMS atau layanan tes
HIV sukarela serta tes sifilis. Di antaranya di Kampung Ayuka (Distrik Mimika
Timur Jauh), Atuka (Mimika Tengah), dan Kaokonao (Mimika Barat).
Jemput bola itu perlu
dilakukan karena masyarakat asli tinggal tersebar mulai di pusat kota hingga
pelosok pedalaman yang tidak terjangkau klinik VCT (klinik pemeriksaan
HIV/AIDS).
Yang menggelikan, suku-suku
asli di kota emas itu dikenal tak pantang menumpahkan darah lewat perang
antarsuku. Namun, ternyata banyak yang takut jika harus menjalani pemeriksaan
HIV/AIDS dengan tes darah.
Sebagai alternatif, sejak
dua tahun belakangan, gencar dilakukan metode quick oral yang lebih simpel dan
aman karena hanya menggunakan sampel salifa atau air liur yang diambil di
bagian bawah lidah, gusi, serta langit-langit mulut. Metode itu sangat praktis
karena dalam waktu 10-15 menit bisa mengidentifikasi.
Juga, untuk menekan laju
persebaran virus yang melemahkan daya tahan tubuh tersebut, sejak beberapa tahun
lalu KPAD Mimika bersama Department Public Health & Malaria Control (PHMC)
PT Freeport Indonesia menyediakan kondom secara gratis di lokalisasi Kilo 10.
Namun, pembagian kondom itu
belum efektif. Sebab, banyak penikmat seks yang enggan menggunakan pengaman
ketika melakukan kontak badan dengan penjaja cinta. Mereka tutup mata terhadap
kampanye yang dilancarkan, antara lain, lewat baliho bergambar pisang
bertulisan Lindungi Ko Pu Diri dengan Kondom yang berdiri tegak di sekitar
lokalisasi.
Tak sedikit penjaja seks di lokalisasi di tepi jalan antara Timika dan
Mapuru Jaya tersebut yang sudah terinfeksi HIV maupun yang terjangkit AIDS.
Total, sejak 1996 hingga tahun ini ada 211 kasus. Di antara 300-an
penghuni Kilo 10, tercatat ada 20-an PSK yang terjangkit virus HIV. Salah
seorang di antaranya adalah ibu berusia separo abad asal Jawa Timur yang kini
tergolek lemah karena HIV/AIDS.// by Alphiee
Alfi Nur Aini
Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Alfi Nur Aini
Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar