Rabu, 18 April 2012

Sosio-Antro (Kesehatan Suku Damal)


KESEHATAN SUKU DAMAL DARI SUDUT PANDANG
ILMU SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

1.      Pengenalan Suku Damal
Suku Damal adalah salah satu suku di pegunungan Papua. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Orang Damal adalah penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek.
Mulai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan
Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo).
Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wonno.

2.      Kondisi Geografis Wilayah Pemukiman Suku Damal
Suku Damal hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo). Sungai Nogolonogong atau yang populer disebut Suku Mamberamo adalah sebuah sungai sepanjang 670 km yang terletak di sebelah selatan Pegunungan Foja, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua. Nama "Mamberamo" berasal dari bahasa Danimambe berarti 'besar' dan ramo berarti 'air'. Beberapa suku terasing bermukim di lembah sungai yang kaya akan keanekaragaman hayati ini, karenanya Mamberamo dijuluki 'Amazonnya Papua'. Sungai Mamberamo merupakan sungai dengan lebar terbesar di Indonesia.

3.      Kondisi Kesehatan Suku Damal
Di bidang kesehatan, masyarakat suku Damal, Amungme, Kamoro, Dani,  Nduga dan Mee telah menikmati pengobatan gratis pada sejumlah fasilitas kesehatan yang dibangun dan dikelola oleh LPMAK dan dua lembaga sebelumnya.
Kepala Bagian Kesehatan Masyarakat yang juga merangkap Pjs. Kepala Biro Kesehatan LPMAK, Hengky Womsiwor yang ditemui Radar Timika di lokasi LPMAK Expo 2011 di Graha Eme Neme Yauware, menerangkan Biro Kesehatan LPMAK memiliki dua kegiatan pokok, yakni medis dan kesehatan masyarakat.

A.    Bidang Medis
Untuk medis, LPMAK telah membangun dua rumah sakit (RS), yaitu Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) di Timika dan RS Waa-Banti di Tembagapura. Dua rumah sakit ini memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tujuh suku secara gratis, dan masyarakat Papua di Mimika yang menurut penilaian sesuai criteria LPMAK bisa mendapat pelayanan gratis.
RSMM yang dikelola oleh Yayasan Caritas, menurut catatan sejak tahun 2002-2010 telah melayani rawat inap pasien tujuh suku sekitar 14 ribu orang, kemudian rawat jalan pasien tujuh suku mencapai sekitar 200 ribu orang.
1.      Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM)
      RSMM adalah RS swasta tipe C yang dikelolaoleh Yaysan Caritas Timika (YCT), sebuah yayasan di bawah paying gereja Katolik. Pada tahun 2008, RSMM berhasil mendapatkan status Akreditasi dari Departemen Kesehatan RI melalui Komite Akreditasi Rumah Sakit dengan nilai sangat memuaskan. Dengan status ini, RSMM menjadi rumah sakit pertama di Papua yang terakreditasi tingkat dasar dengan 5 bidang pelayanan. Dari sisi ketenaga an, per 30 Juni 2009 sebanyak 367 orang. Mereka terdiri dari 18 dokter umum dan spesialis, 171 perawat dan bidan, 39 orang penunjang medis . Sedangkan sarana pelayan an medis antara lain unit rawat jalan seperti klinik umum dengan berba gai spesialisasi, unit rawat inap berkapasitas 101 tempat tidur, unit gawat darurat dengan 5 tempat tidur, kamar operasi, unit penunjang medis dan penunjang umum dan rumah tangga. Rumah Sakit yang memiliki motto ”Melayani Sepenuh Hati” ini memiliki prioritas pelayanan (sesuai kebutuhan masyarakat setempat), yakni upaya kesehatan ibu dan anak, penganggu langan penyakit infeksi terutama malaria, TBC dan HIV/AIDS serta penanggulangan kasus gawat darurat terutama trauma dalam rangka lifesaving dan limb-saving. Masyarakat setem pat yang dimaksud adalah suku Amungme, Kamoro, Dani, Damal, Nduga, Moni dan suku Mee. Masyarakat setempat yang akrab disebut masyarakat tujuh suku yang berdomisili di Kabupaten Mimika itu mendapat pelayan an medis secara gratis, karena ditanggung sepenuhnya oleh LPMAK selaku pemilik RSMM. Pelayanan medis yang diberikan RSMM sejak mulai beroperasi pada 20 Agustus 1999 - 30 Agustus 2009 antara lain, jumlah pasien rawat jalan sebanyak 821.441 orang, pasien rawat inap sebanyak 79.353 orang, jumlah kelahiran hidup sebanyak 10.999 bayi dan jumlah tindakan operasi sebanyak 9.023 orang. Kasus 10 besar penyakit yang ditangani RSMM khusus selama 2008 antara lain :
  • Rawat jalan didominasi oleh ISPA (infeksi saluran pernafasan akut), malaria, pengawasan kehamilan normal, tuberkulosis paru lainnya, diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) selanjutnya cedera YDT (Yang Dengan Trauma) lainnya, YTT (Yang Tidak Trauma) dan daerah badan multipel, dispepsia, bronkitis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik lainnya, penyakit sistem kemih lain, infeksi kulit dan jaringan subkutan.
  • Rawat inap terbesar karena malaria, Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tententu (kolitis infeksi), Pneumonia, Penyulit kehamillan dan persalinan lainnya; cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan multipel; Penyakit virus gangguan defisiensi imun pada manusia (HIV); Cedera Intrakranial; Penyulit yang berhubungan dengan masa nifas dan kondisi obsterik; Perawatan ibu terkait janin, ketuban, masalah persalinan; Tuberkulosis paru lainnya.
  • Pasien emergency terbesar disebabkan oleh cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan multipel; Malaria; Pengawasan Kehamilan Normal; Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tententu (kolitis infeksi); Infeksi saluran nafas bagian atas akut lainnya; Gejala, tanda klinik dan laboratorium yang belum spesifik, cedera intrakranial; Pneumonia; Dispepsia; Penyakit sistem kemih lainnya.
Untuk menunjang upaya peningkatan pelayanan kesehatan, RSMM menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain Departemen Kesehat an RI-Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, RSUD Kabupaten Mimika, Litbangkes Depkes RI danMenzies School of Health Research di Darwin, Australia, Perdha ki (Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia), Universitas Hasanuddin di Makassar dan Universitas Sam Ratulangi di Manado, jaringan kerjasama antar Ruma Sakit, PT Freeport Indonesia dan berbagai organisasi profesi kesehatan lainnya.
2.      Rumah Sakit Waa Banti (RSWB)
      Kampung Waa-Banti, sekitar 5 Kilo Meter dari kota Tembagapura. Dikelola oleh International SOS, awalnya klinik umum yang beroperasi sejak tahun 1996 dan dikembangkan oleh LPMAK menjadi RS tipe D sejak tahun 2002 sampai sekarang. Semula dilayani oleh 3 orang dokter umum, dokter spesialis, dokter ekspariat dari RS Tembagapura, 26 orang perawat dan 12 orang tenaga pendukung. Dalam menangni kasus tertentu, pasien dari RSWB dapat dirujuk ke RS Tembagapura. Fasilitas yang tersedia di RSWB yakni selain tempat tidur, fasilitas penunjang lainnya terdiri dari Ambulance Service, Laboratorium, Radiologi dan Farmasi. Sementara jika pasien perlu ditangani dengan fasilitas seperti USG, CT scan atau peralatan modern lainnya maka  pasien dirujuk ke RS Tembagapura (milik PTFI). Selama 2008, kunjungan pasien rawat jalan mencapai 24.329 orang. Sementara kunjungan rawat inap selama 2008 men capai 1.425 orang. Penyakit terbanyak yang ditangani RSWB selama 2008 ada lah ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), diare, perawatan luka dan obser vasi demam. Sedangkan pelayanan diunit rawat inap lebih didominasi oleh malaria, radang paru-paru, diare akut, cacar air dan luka-luka. Selain itu, terdapat 1 (satu) kasus meningitis yang timbul di Banti dan sekitarnya serta 11 (sebelas) kasus HIV/AIDS baru.

B.     Bidang Kesehatan Masyarakat
Di bidang kesehatan masyarakat ada enam program yang dilaksanakan. meliputi:
1. Program Pengendalian Malaria.
Menurutnya, sejak 2008 sampai sekarang LPMAK bekerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk melakukan kegiatan pengendalian malaria di beberapa lokasi di empat distrik (Agimuga, Mimika Timur Jauh, Mimika Barat dan Mimika Tengah). LPMAK juga melatih masyarakat untuk melakukan pencegahan dan pengendalian malaria, dan lain-lain.

2. Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
Peningkatan jumlah warga di Mimika yang terinfeksi HIV/AIDS cukup signifikan . Pada 2007, 1430 kasus  meningkat menjadi 1793 kasus ditahun 2008. Kondisi inimendorong LPMAK melakukan kerjasama dengan KPAD Mimika. Kegiatan yang dilaksanakan :
·       Promosi kesehatan dalam hal pencegahanHIV/AIDS berbasis adat dan agama.
·       Pemeriksaan HIV/AIDS dan PMS bagi masyarakat didaerah terpencil (Mobile VCT).
·       Kampanye pencegahan HIV/AIDS melalui event peringatan hari AIDS.
·       Pengobatan ARV di RSMM dan RSWB
Kegiatan yang dilakukan diantaranya menggelar peringatan Hari AIDS sedunia, mobile VCT, penyuluhan massal tentang TB dan beberapa kegiatan dalam upaya pengendalian penyakit tersebut.

3. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Kegiatannya meliputi penyuluhan di Posyandu, kunjungan ke rumah bayi baru lahir, pos obat kampong, dan pemicuan pembuatan jamban. Ia menyebutkan bahwa data Januari 2009-akhir 2010 menunjukkan jumlah gizi baik naik dari 83,09% menjadi 87,53%, gizi kurang turun dari 12,13% menjadi 10,02%, dan gizi buruk turun dari 4,78% menjadi 2,45%.
LPMAK bekerjasama dengan Project Concern International (PCI) sebagai implementor program kesehatan ibu dan anak. Program mencakup 10 kampung di 4 distrik di kabupaten Mimika. Kegiatan yang dilaksanakan :
·       Posyandu.
·       Rehabilitas giji anak dan ibu hamil.
·       Penyuluhan dan kampanye kesehatan.
·       Imunisasi dasar vitamin A sesuai jadwal.
·       Pemberdayaan masyarakat lokal

4. Program Pengendalian HIV-TB
Kegiatan yang dilakukan diantaranya menggelar peringatan Hari AIDS sedunia, mobile VCT, penyuluhan massal tentang TB dan beberapa kegiatan dalam upaya pengendalian penyakit tersebut.

5. Program Sanitasi dan Air Bersih
LMPAK membangun fasilitas air bersih dan jamban keluarga di kampung program. Dimana antara LPMAk dan masyarakat bekerjasama. Misalnya material bangunan disediakan masyarakat, sedangkan material yang tidak ada di kampung, diadakan LPMAK. LPMAK memberi pelatihan sekalian mendampingi mengerjakan. Sejak 2005-2011, telah dibangun 158 unit sumur gali, 91 unit penampung air hujan, dan 130 unit jamban keluarga.

6.Program kemitraan dengan Diknes dan PHMC
Contohnya LPMAK mendukung PHMC untuk memberikan pelayanan TB dan pelayanan kesehatan medis, contohnya di Klinik Portsite, Pomako dan klinik-klinik lain. Kemudian dengan Dinkes, misalnya LPMAK membangun dua klinik di Tsinga dan Aroanop.

a)      Beberapa kegiatan menarik yang didukung LPMAK selama tahun 2005 antara lain:
  • Dua rumah sakit dan lima klinik kesehatan yang mengobati 30.000 pasien rawat inap dan lebih 100.000 pasien rawat jalan selama tahun 2005. Pelayanan kesehatan diberikan secara cuma-cuma bagi anggota ke-tujuh kelompok suku asli setempat.
  • Program-program kemitraan dengan Pemda setempat untuk pencegahan dan perawatan malaria, TBC dan HIV/AIDS serta pengoperasian dua klinik yang dibangun oleh LPMAK di dataran tinggi.

b)     HIV / AIDS dalam Penyebarannya di Suku Damal
HIV/AIDS terbukti menjadi virus pembunuh yang mengancam tujuh suku asli di Mimika, Papua. Salah satu dari ketujuh suku tersebut adalah suku Damal. Dengan jumlah kasus mencapai 2.302 orang, tahun ini 1.591 (69 persen) korbannya adalah warga asli.
Sejauh ini, kebiasaan berganti-ganti pasangan dianggap sebagai penularan virus paling efektif. Namun yang masih ditelusuri pemerintah saat ini adalah penggunaan alat tajam bersamaan.
            Kontak darah saat pengobatan karena menjadi korban dalam perang antarsuku diduga juga bisa menjadi ajang penularan virus yang sudah menginfeksi lebih dari 36 juta jiwa sedunia itu.
Angka ribuan tersebut tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi prevalensi warga tujuh suku di Mimika memang lebih besar dibanding kelompok warga lainnya, termasuk pendatang.
            Sejatinya, jumlah riil penderita HIV/AIDS di Mimika bisa lebih banyak dari angka tersebut. Sebab, tidak semua warga asli mau melakukan tes darah untuk memastikan apakah mereka sudah terjangkit atau masih bebas dari penyakit yang bermuasal dari Afrika Sub-Sahara itu.
            Selain penyuluhan kepada masyarakat suku asli, agar pencegahan bisa dilakukan, pemerintah melakukan layanan mobile VCT (voluntary counseling and testing) dan IMS atau layanan tes HIV sukarela serta tes sifilis. Di antaranya di Kampung Ayuka (Distrik Mimika Timur Jauh), Atuka (Mimika Tengah), dan Kaokonao (Mimika Barat).
            Jemput bola itu perlu dilakukan karena masyarakat asli tinggal tersebar mulai di pusat kota hingga pelosok pedalaman yang tidak terjangkau klinik VCT (klinik pemeriksaan HIV/AIDS).
             Yang menggelikan, suku-suku asli di kota emas itu dikenal tak pantang menumpahkan darah lewat perang antarsuku. Namun, ternyata banyak yang takut jika harus menjalani pemeriksaan HIV/AIDS dengan tes darah.
            Sebagai alternatif, sejak dua tahun belakangan, gencar dilakukan metode quick oral yang lebih simpel dan aman karena hanya menggunakan sampel salifa atau air liur yang diambil di bagian bawah lidah, gusi, serta langit-langit mulut. Metode itu sangat praktis karena dalam waktu 10-15 menit bisa mengidentifikasi.
            Juga, untuk menekan laju persebaran virus yang melemahkan daya tahan tubuh tersebut, sejak beberapa tahun lalu KPAD Mimika bersama Department Public Health & Malaria Control (PHMC) PT Freeport Indonesia menyediakan kondom secara gratis di lokalisasi Kilo 10.
            Namun, pembagian kondom itu belum efektif. Sebab, banyak penikmat seks yang enggan menggunakan pengaman ketika melakukan kontak badan dengan penjaja cinta. Mereka tutup mata terhadap kampanye yang dilancarkan, antara lain, lewat baliho bergambar pisang bertulisan Lindungi Ko Pu Diri dengan Kondom yang berdiri tegak di sekitar lokalisasi.

Tak sedikit penjaja seks di lokalisasi di tepi jalan antara Timika dan Mapuru Jaya tersebut yang sudah terinfeksi HIV maupun yang terjangkit AIDS. Total, sejak 1996 hingga tahun ini ada 211 kasus.  Di antara 300-an penghuni Kilo 10, tercatat ada 20-an PSK yang terjangkit virus HIV. Salah seorang di antaranya adalah ibu berusia separo abad asal Jawa Timur yang kini tergolek lemah karena HIV/AIDS.// by Alphiee
Alfi Nur Aini
Fakultas Kesehatan Masyarakat 2011
UNIVERSITAS DIPONEGORO



Tidak ada komentar:

Posting Komentar